Mengenal satwa langka

Kegiatan ini dimulai dengan percakapan tentang hewan-hewan yang sudah anak-anak kenal. Mereka menyebutkan satu per satu apa yang mereka ketahui, dan menceritakan juga apakah mereka punya hewan tersebut, di mana pernah melihatnya, apakah mereka menyukainya, mengapa takut, dsb. Juga, hewan-hewan yang mereka cuma pernah dengar, atau pernah lihat dari televisi atau gambar di buku-buku. Hewan-hewan apa yang sudah jarang dilihat. Karena mereka masih anak-anak kecil yang berusia lebih muda dari 8 tahun, maka referensi mereka pun terbatas. Maka, mengenalkan hewan-hewan lain dari luar lingkungan mereka pun penting, dengan menunjukkan gambarnya, di mana mereka hidup, dan apakah hewan-hewan itu masih mudah ditemukan. Satwa di lingkungan terdekat mereka pun banyak yang semakin jarang ditemukan, mereka menyebutkan satu per satu: capung, kupu-kupu, kaki seribu, dsb. Benar, bila lingkungan hidup tidak kita jaga dengan baik, maka hewan-hewan itu lama kelamaan punah. Mereka tidak bisa menemukan makanan, mati, dan tidak lagi bisa berkembang biak. Kita bisa mencontohkan secara sederhana, apa akibatnya bagi ekosistem alam. Kemudian, kita mengajak mereka menggambarkan apa yang kita kenal dari hewan-hewan tersebut. Tidak masalah apakah gambar mereka bagus atau jelek. Semua gambar adalah hasil persepsi, dan dimaksudkan untuk membuat mereka berani berekspresi. Semua gambar bersifat unik dan harus diapresiasi. Menceritakan apa yang mereka gambar, adalah latihan berkomunikasi. Berani bercerita, berani berbagi kisah, juga menyimak cerita teman lain dengan baik.

Marawis

Marawis adalah jenis band yang menggunakan alat-alat musik tetabuhan (perkusi). Musik yang juga sering disebut dengan Hadrah Rebana ini kerap dibawakan untuk melantunkan lagu-lagu bernafaskan Islami. Remaja di desa Cipayung, Parakan Salak (Sukabumi) juga membentuk kelompok marawis. Usianya masih sangat muda, belum ada satu tahun. Mereka rutin latihan, pada malam di akhir pekan dan saat liburan sekolah. Kegiatan remaja semacam ini menyalurkan bakat bermusik dan bernyanyi, juga merupakan kesempatan bekerjasama, bersosialisasi, bergaul, dan bersuka ria. Ekspresi seni ini menumbuhkan rasa percaya diri dan sikap saling menghargai. Syair-syair yang dibawakan membuat kita mendekatkan diri pada Sang Maha Kasih.

IMG_20170812_210415

Taman Pamekar

img1491628723248Taman Pamekar adalah sebuah taman baca dan belajar bagi anak-anak desa Cipayung, Sukakersa (Parakan Salak) untuk anak-anak tumbuh mandiri, kreatif,  menghargai alam, lingkungan, dan budaya mereka. Kecintaan terhadap lingkungan diharapkan membuat desa ini terpelihara kebersihan dan keasriannya. Lewat buku-buku, beragam aktivitas dan permainan yang terarah, anak-anak dimotivasi untuk senang membaca dan belajar, serta saling menghargai dan mendukung, juga berani berekspresi dan menulis.

Sarana berkumpulnya anak-anak ini berupa sebuah ruang perpustakaan, bale tempat membaca dan berkegiatan, halaman, dan kebun. Selain meminjam buku,  mereka bisa belajar mandiri/ kelompok, pada waktu-waktu tertentu mereka juga dapat mengikuti kegiatan (menggambar, membuat hal-hal kreatif, menanam, membersihkan lingkungan, dsb). Kegiatan yang dilakukan berorientasi pada alam dan lingkungan hidup, serta pemeliharaan dan kelestariannya. Anak-anak diarahkan untuk memiliki kepercayaan diri dan mampu melihat potensi dirinya. Menumbuhkan minat baca anak, menjalin hubungan yang hangat antaranak dan pembimbing, diwadahi dengan kesempatan berdiskusi. Bale yang terbuka ke arah kebun yang hijau (alam terbuka) menciptakan sekaligus suasana “wisata”, belajar dalam suasana berwisata. Kegiatan kreatif seperti menggambar, menulis cerita, puisi, bermain musik, membuat ketrampilan, dilakukan secara berkesinambungan. Melalui kegiatan semacam ini mereka akan melihat potensi bakat yang kelak bisa dikembangkan. Kegiatan “cinta lingkungan” pun akan digalakkan sehingga alam Sukakersa yang hijau akan terpelihara.  Didukung alam dan topografinya yang indah, berundak-undak di bibir perkebunan teh PTPN VIII, berudara sejuk dan air pegunungan yang mengaliri persawahan dan kolam-kolam ikan, Sukakersa bisa menjadi desa idaman.

Telah berdirinya sebuah mesjid dan madrasah di lokasi ini sebagai sarana belajar agama dan beribadah, membuat Taman Pamekar berguna untuk melengkapi kebutuhan anak-anak. Jika tiba waktu belajar mengaji, maupun beribadah, anak-anak tampak bersemangat menjalankan ibadahnya. Selain disiplin mereka santun dalam berpola laku. Sarana perpustakaan dan ruang belajar ini dapat mendukung perkembangan anak-anak. Inisiatif pendirian Taman Pamekar ini tercetus karena ketulusan anak-anak dalam menerima kehadiran kami sebagai warga baru di desa Cipayung/ Sukakersa ini.

Semoga Taman Pamekar, ‘memekarkan setiap jiwa yang berinteraksi di sini, dan memberi berkah bagi kehidupan sosial dan lingkungan alamnya’

Mewarnai

Bocah-bocah berusia 3 tahun juga ingin ikut beraktifitas seperti yang lebih tua. Mereka belum bisa menggambar. Belajar menggoreskan pinsil warna atau krayon di atas gambar memberi keasikan baru untuk mereka, karena di rumah belum pernah mengenal hal tersebut. Awalnya takut, malu, tapi kemudian tekun mengerjakannya.

img1491628416437

Menggambar yang dekat

Belajar mengenal lingkungan yang terdekat penting bagi anak-anak. Sejak dini mereka mengetahui dengan baik apa dan siapa saja yang berada di sekitarnya. Misalnya rumah. Di mana rumah mereka, bagaimana, dan apa saja yang berada di sekitarnya, apa yang mereka paling sukai dari lingkungannya, dsb. Menggambar rumah dan lingkungan sekitarnya, juga melihat persepsi mereka tentang rumah. Referensi dari dunia terdekat, juga bentuk-bentuk ideal, atau harapan tentang lingkungan yang nyaman, mungkin bisa terlihat dari apa yang mereka tampilkan dalam gambar. Yang jelas bentuk kreatifitas mereka, dan keberanian mereka menggoreskan apa yang mereka bayangkan tentang rumah.  Hasil gambar kalian keren-keren lho..!! rumahku.jpg

Jadi lebih nikmat

Jadi lebih nikmat jika yang kita miliki bisa dimanfaatkan oleh lebih banyak orang. Saling memberi dan menikmati bersama, adalah berkah luar biasa. Apa pun itu. Jangan malu karena kualitas atau kuantitas yang dapat kita berikan. Dengan ketulusan, kualitas dan kuantitas bisa bertambah, karena resepnya adalah rasa syukur.makan1

Ilahi menyediakan alam

Ilahi menyediakan semua di alam. Namun, kita kerap tidak menyadari lagi dan enggan berupaya. Uang membuat orang dengan mudah mendapatkan kebutuhan makanan. Di desa pun banyak orang yang lebih senang mencari kebutuhan hidupnya di  warung, seperti cabe, bawang, sayuran, tahu dan tempe.

labu1

Padahal dengan sedikit upaya, ketekunan dan rasa sayang pada alam, segalanya dapat tumbuh. Tidak hanya tumbuh, tapi memberi hasil yang berlimpah-limpah. Misalnya, buah labu siam ini. Dari satu buah yang tua dan terlihat bijinya yang keluar, bisa tumbuh akar dan pucuk daun yang akan menjadikannya tanaman baru. Jika ditanam dan dirawat dengan baik, akan tumbuh puluhan buah baru setiap harinya. Buah-buah yang tak sempat dipetik akan jatuh dan menumbuhkan pohon baru. Setiap hari kita dan tetangga kita bisa menikmatinya. Kalau mau, kita juga dapat menjualnya. Bergulir terus, satu buah atau biji dapat melestarikan dan berkembang biak dengan menakjubkan. Asal kita mau memberinya tempat tumbuh dan berkembang.

Nikmat Tuhan manalagi yang akan kau dustakan.

Taman Pamekar

img1491628723248Taman Pamekar adalah sebuah taman baca dan belajar bagi anak-anak desa Cipayung, Sukakersa (Parakan Salak) untuk anak-anak tumbuh mandiri, kreatif,  menghargai alam, lingkungan, dan budaya mereka. Kecintaan terhadap lingkungan diharapkan membuat desa ini terpelihara kebersihan dan keasriannya. Lewat buku-buku, beragam aktivitas dan permainan yang terarah, anak-anak dimotivasi untuk senang membaca dan belajar, serta saling menghargai dan mendukung, juga berani berekspresi dan menulis.

Sarana berkumpulnya anak-anak ini berupa sebuah ruang perpustakaan, bale tempat membaca dan berkegiatan, halaman, dan kebun. Selain meminjam buku,  mereka bisa belajar mandiri/ kelompok, pada waktu-waktu tertentu mereka juga dapat mengikuti kegiatan (menggambar, membuat hal-hal kreatif, menanam, membersihkan lingkungan, dsb). Kegiatan yang dilakukan berorientasi pada alam dan lingkungan hidup, serta pemeliharaan dan kelestariannya. Anak-anak diarahkan untuk memiliki kepercayaan diri dan mampu melihat potensi dirinya. Menumbuhkan minat baca anak, menjalin hubungan yang hangat antaranak dan pembimbing, diwadahi dengan kesempatan berdiskusi. Bale yang terbuka ke arah kebun yang hijau (alam terbuka) menciptakan sekaligus suasana “wisata”, belajar dalam suasana berwisata. Kegiatan kreatif seperti menggambar, menulis cerita, puisi, bermain musik, membuat ketrampilan, dilakukan secara berkesinambungan. Melalui kegiatan semacam ini mereka akan melihat potensi bakat yang kelak bisa dikembangkan. Kegiatan “cinta lingkungan” pun akan digalakkan sehingga alam Sukakersa yang hijau akan terpelihara.  Didukung alam dan topografinya yang indah, berundak-undak di bibir perkebunan teh PTPN VIII, berudara sejuk dan air pegunungan yang mengaliri persawahan dan kolam-kolam ikan, Sukakersa bisa menjadi desa idaman.

Telah berdirinya sebuah mesjid dan madrasah di lokasi ini sebagai sarana belajar agama dan beribadah, membuat Taman Pamekar berguna untuk melengkapi kebutuhan anak-anak. Jika tiba waktu belajar mengaji, maupun beribadah, anak-anak tampak bersemangat menjalankan ibadahnya. Selain disiplin mereka santun dalam berpola laku. Sarana perpustakaan dan ruang belajar ini dapat mendukung perkembangan anak-anak. Inisiatif pendirian Taman Pamekar ini tercetus karena ketulusan anak-anak dalam menerima kehadiran kami sebagai warga baru di desa Cipayung/ Sukakersa ini.

Semoga Taman Pamekar, ‘memekarkan setiap jiwa yang berinteraksi di sini, dan memberi berkah bagi kehidupan sosial dan lingkungan alamnya’.